Festival Oktober 2016 Sukses Digelar, Lampung Jadi Pusat Pertemuan Teater Nasional

Bandar Lampung, 10 Oktober 2016 — Komite Teater Dewan Kesenian Lampung (DKL) sukses menggelar hajatan besar bertajuk “Festival Oktober” pada 6–9 Oktober 2016 di Gedung Teater Tertutup Taman Budaya Lampung, Jalan Cut Nyak Din, Bandar Lampung.

Festival yang dibuka oleh Ketua Umum DKL, Aprilani Yustin Ficardo, menghadirkan enam kelompok teater terkemuka dari dalam dan luar Lampung, yakni Teater Kedai (Jakarta), Class Acting Salihara (Jakarta), kolaborasi seniman Australia–Indonesia, Teater Satu Lampung, dan Komunitas Berkat Yakin (Kober Lampung).

Pertunjukan yang Ditampilkan

  • Teater Satu Lampung menampilkan Kursi-Kursi karya Eugene Ionesco, adaptasi dan sutradara Iswadi Pratama, yang sebelumnya sukses dipentaskan di SCOT Summer Festival Jepang.
  • Teater Kedai Jakarta membawakan Barabah karya Motinggo Busye dan Penagih Hutang karya Anton Chekov.
  • Class Acting Salihara menghadirkan lakon Lear Asia.
  • Kolaborasi Indonesia–Australia menampilkan Jaman Belulang (The Age of Bones) karya Sandra Thibodeaun, disutradarai Iswadi Pratama.
  • Kober Lampung mempersembahkan Pilgrim, karya Ari Pahala Hutabarat, yang mengangkat persoalan eksistensial manusia dengan pendekatan minimalis namun organik.

Tujuan dan Harapan

Menurut Ketua Umum DKL, Aprilani Yustin Ficardo, Festival Oktober menjadi salah satu wujud kontribusi DKL dalam mendorong perkembangan teater di Lampung dan Indonesia. “Lampung dikenal memiliki grup teater yang diperhitungkan di kancah nasional. Festival ini kami harapkan menjadi ajang tahunan sekaligus ruang silaturahmi dan temu karya seniman,” ujarnya.

Ketua Pelaksana, Ahmad Jusmar, menambahkan bahwa festival ini memberi tontonan beragam gaya pemanggungan—realis maupun nonrealis—yang jarang ditemui dalam satu panggung. “Selain sebagai hiburan, festival ini juga menambah wawasan, memperluas jaringan, serta mengedukasi masyarakat agar tumbuh apresiasi kritis terhadap seni teater,” katanya.

Antusiasme Penonton

Selama empat hari, festival ini disambut hangat oleh penonton, baik pelaku teater, mahasiswa, hingga masyarakat umum. Pertunjukan yang ditampilkan berhasil memperlihatkan kekayaan ekspresi, mulai dari isu sosial, spiritual, hingga eksistensial, sehingga menjadi ruang refleksi sekaligus hiburan berkualitas.

Mengapa Penting?

Festival Oktober 2016 menjadi bukti nyata bahwa Lampung bukan hanya penonton, melainkan juga pusat perkembangan seni teater nasional. Melalui festival ini, DKL berupaya menghadirkan ruang kreatif, membangun jejaring antar-komunitas, serta mendorong kolaborasi seni lintas daerah dan negara.